Saturday 24 December 2011

TUHAN MENURUT KAUM SUFI.



Tuhan adalah Tuhan, tak dapat digambarkan, karena tiada sesuatupun yang menyerupaiNya.
Apapun yang digambarkan sebagai Tuhan bukanlah Tuhan. Mustahil manusia mengetahui hakikat DzatNya.

tetapi Tuhan memiliki hubungan-hubungan, baik dengan manusia maupun dengan alam semesta, misalnya hubungan penciptaan, pemeliharaan dan perlindungan. Hubungan-hubungan itulah yang dapat memperjelas gambaran wujud Tuhan dalam pikiran manusia.
Pandangan-pandangan kaum sufi tentang Tuhan berdasarkan Al-Qur'an dan hadits, tidak bersandar pada pemikiran-pemikiran rasional seperti halnya para filosof. Bagi mereka kebenaran Al-Qur'an bersifat mutlak karena berasal dari Dzat yang Maha Besar. Begitu juga kebenaran hadits tak dapat diragukan lagi karena berasal dari manusia pilihan yang selalu di bimbing Tuhan dan perkataan dan perbuatannya. Sedangkan filsafat merupakan hasil pemikiran akal manusia tang sangat terbatas. Tentu kebenarannya bersifat relatif. Karena itu kaum sufi lebih percaya pada Al-Qur'an dan hadits dari pada filsafat sebagai sandaran pemikiran mereka tentang Tuhan.
Menurut kaum sufi Tuhan adalah wujud Pribadi, ya
ng memiliki sifat-sifat sempurna dan selalu berhubungan dengan manusia dan alam semesta.

Menurut kaum sufi, jarak Tuhan dengan manusia begitu dekat, bahkan menurut sebagian kaum sufi tidak ada jarak sama sekali. keyakinan ini berdasarkan pemahaman mereka terhadap pernyataan Tuhan sendiri dalam Al-qur'an: "Dan kami lebih dekat kepadanya dari urat leher."
Lebih dari itu mereka juga meyakini bahwa Tuhan bersemayam dalam hati manusia. keyakinan ini muncul sebagai hasil pemahaman mereka terhadap pernyataan Tuhan dalam sebuah Hadits Qudsi: "Bukan langit-Ku maupun bumi-Ku yang memuat Aku. Tapi Aku terkandung dalam hati hamba-KU yang beriman."
Dalam sejarah perkembangan tasawuf, setidaknya ditemukan tiga macam konsep Tuhan, yaitu Konepsi Etika, Estetika dan Wihdatul Wujud. Konsepsi pertama muncul pada abad pertama Hijryiah. Konsepsi kedua muncul pada abad kedua Hijriyah. Ketiga konsepsi tersebut berdasarkan AlQur'an dan hadits. Memang konsepsi yang ketiga agak berbau filsafat. Tapi tetap rujukan utamanya Al-Qur'an dan hadits.
Konsepsi Etika tentang Tuhan dianut oleh padra Zahid (orang yang hidup sederhana menolak kemewahan). Konsepsi tersebut berdasarkan didasarkan pada ajaran Khauf (tkut) dan Raja' 9harap) yang dkembangkan oleh Hasan Basri, Seorang ulama Tabi'in yang hidup tahun 21 H - 110 H. Tuhan menurut konsepsi Etika adalah pencipta dan penguasa MUTLAK. Dia menciptakan manusia dan segala gerak geriknya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat semua kelakuan manusia. Tidak ada suatu perbuatan pun yang luput dari pengawasanya. Sementara di akhirat kelak Diaakan mengadili manusia dengan sadil-adilnya.
karena itu sebaiknya manusia menhadapi Tuhan dengan rasa Khauf(takut akan siksa-Nya yang teramat dhsyat). Dengan memiliki rasa takut akan siksa yang amat dahsyat manusia tidak akan berani melakukan perbuatan yang melawan Tuhan. Karena dia menyadari betapa dahsyatnyasiksa api neraka. Lagi pula perbuatan melawan Tuhan bukan hanya menimbulkan penderitaan di akhirat tetapi juga di dunia ini.
Tetapi rasa takut saja tidak cukup. Manusia juga harus memiliki sikap Raja'(harapan atas limpahan rahmat-Nya). Sikap ini akan mendorong manusia melakukan perbuatan-perbuatan baik. Karena mengharapkan surga manusia akan termotivasi untuk melakukan perbuatan-perbuatan terpuji. Karena Raaja' pula manusia akan menghentikan perbuatan-perbuatan dzalimnya.

Tampaklah bahwa konsepsi Etika berhubungan erat dengan Khauf dan Raja' sebagaimana yang di ajarkan Hasan Basri. Dalam konsepsi ini Tuhan dipandang sebagai Dzat yang sangat menakutkan, yang akan menyiksa manusia-manusia durhaka.
Gambaran Tuhan seperti diatas berbeda sekali dengan gambaran Tuhan dalam konsepsi Estetika. Tuhan tidak dipandang sebagai Dzat yang menakutkan. Menurut konsepsi Estetika, Tuhan adalah Dzat yang Maha Lembut, Dzat yang Maha Indah dan patut untuk di cintai. Sebaliknya Dia juga Maha Pencipta. Jadi cinta timbal balik antara Tuhan dan manusia.
Penganut faham ini ynag paling mahsyur adalah Rabi'ah al adawiyah, seorang sufi wanita yang wafat pada tahun 185 H/796 M. Dia hidup sejaman dengan Sufyan tsauri, salah seorang murid Hasan Basri. Cintanya kepada Tuhan begitu murni dan mendalam sehingga tidak ada ruang dalam hatinya untuk tidak selain Dia.
Motivasi ibadah kepada Tuhan bukan karena takut neraka atau mengharapkan surga. Suatu hari Rabi'ah berseru, "Wahai Tuhan jika aku beribadah kepada-MU karena berharap masuk surga maka jauhkan ia dariku. Tetapi jika aku beribadah kepada-Mu karena cinta pada-Mu maka janganlah wahai Tuhan kau haramkan daku melihat keindahan azali"'
Diceritakan bahwa pada suatusiang hari Rubi'ah membawa obor dan seember air kemudian orang-orang menanyainya mau kemana dan mau apa. Dia menjawab bahwa dia akan membakar surga dan menyiram api neraka agar orang-orang tidak lagi beribadah karena takut neraka dan mengharapkan surga.
Pandangan seperti diatas kemudian menjadi ciri umum kauf sufi. Mereka beribadah karena didorong rasa cinta dan yang mereka harapkan juga cinta. Do'a yang sering mereka panjatkan adalah: "Illahi anta maksudi wa ridhaka mathubi a'thini mahabbataka wa ma'rifataka (wahai Tuhanku Engkaulah tujuanku dan ridha-Mu yang kucari berilah daku kemampuan untuk mencintai-Mu dan mengenal-Mu)
Konsepsi tentang Tuhan yang muncul pada masa berikutnya adalah Wihdatul Wujud (kesatuan wujud). Dalam faham ini Tuhan adalah wujud mutlak. Tuhan adalah satu-satunya wujud, alam dan manusia hanyalah bayangan Tuhan. Faham ini di populerkan oleh Ibnu Arabi, seorang sufi Spanyol yangdilahirkan pada tahun 560 H-1165M. Dia berkata: "Maha mulia Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang Dia sendiri adalah Dzat yang tiap-tiap sesuatu". Dengan kata lain Ibnu Arabi memandang bahwa segala sesuatu adalah Tuhan.
Sebenarnya ungkapan-ungkapan senada sering kali dilontarkn oleh sufi-sufi sebelumnya. "Subhani ma a'dhama syani (Maha Suci Aku, alangkah besar keagungan-Ku)." Kata Abu Yazid al Busthami, soerang sufi yang wafat tahun 261 H (875), "Ana rabbukum fa'buduni (Aku adalah Tuhanmu maka sembahlah Aku)", Kata Ma'ruf al Kharakhi, sufi yang wafat tahun 200 H (815 M). "Laisa jubbatin siwallah (Tidak ada siapapun dalam jubah ini selain Allah)," Kata Al Junaid, seorang murid Al Karakhi. "Ana Al Haq (Aku adalah TUhan)," Kata Al Hallaj, salah seorang murid murid Al Junaid yang mati ditiang gantungan pada tahun 309 H.
Walaupun begitu yang lebih terkenal dengan faham Wihdatul Wujud adalah Ibnu Arabi, karena dialah yang menyusun faham tersebut secara sistematis. Hingga sekarang faham itu terus berkembang dan dianut secara diam-diam oleh sebagian umat Islam.
Di Indonesia faham ini lebih populer dengan istilah Manunggaling kawula Gusti (bersatunya hamba dengan Tuhan). Syekh Siti Jenar adalah seorang wali penyebar Islamdi Jawa yang di hubungkan dengan faham tersebut. Begitu pula Hamzah Fansuri di Sumatera diduga kuat menganut faham yang ditentang oleh para ahli fiqih tersebut.
Dari uraian diatas nampaklah jelas bahwa Tuhan menurut kaum sufi adalah wujud pribadi yang abadi, yang merespon cita-cita manusia yang menjadi tujuan akhir perjalanan spiritual, satu-satunya Dzat yang patut di sembah.
Kedekatan dengan Tuhan menjadi cita-cita kaum suufi baik yang manganut Konsepsi Etika, Estetika maupun wihdatul Wujud. Tapi ada perbedan motif diantara mereka, para penganut faham Etika mendekati Tuhan karena mengharapkan surga, para penganut Estetika mendekati Tuhan karena menghendaki Tuhan, karena cinta Tuhan, sedangkan Wihdatul Wujud berusaha menyadari kebersatuannya dengan Tuhan.


*SEKILAS TENTANG KEAJAIBAN PARA SUFI*

JALALUDIN RUMI


DALAM dunia sufisme namanya cukup dikenal. Lahir pada tanggal 30 September 1207 di Balkh, propinsi Khurasan. Jalaluddin hidup dalam pendidikan keluarga yang kental dengan nuansa ke-Islaman. Ayahnya seorang pendidik dan ulama besar pada masanya.
setelah kematian ayahnya Rumi mencoba menekuni jalan sufi yang lebih tinggi dengan bimbingan murid ayahnya, Burhanuddin Muhaqqiq. Tapi tak lama sang guru berpulang kepangkuan Tuhan. Jalaluddin Rumi kemudian menjadi seorang Syaikh. Ia banyak menghabiskan waktu dengan menulis, mengajar dan membimbing pengajaran tasawuf.
Sebagai seorang penggemar buku-buku filsafat dan sastra dan banyak menghabiskan waktu untuk kedua hal itu, suatu hari sang guru, Syams Tabriz, menegur Rumi. Tidak cuma itu itu, ia juga melempar buku-buku kedalam sebuah sumur. Betapa terperanjatnya Rumi dan dengan penuh amarah ia menyayangkan tindakan gurunya itu. Tapi tanpa banyak bicara, sang guru mengeluarkan buku-buku itu dari dalam sumur tanapasatupun buku yang basah. Sejak saat itu Rumi menjadi kagum dan memohon Syams agar bersedia mengangkat dirinya menjadi murid.
Jalaluddin Rumi meninggal pada tanggal 17 Desember 1273 Masehi. Kematiannya menimbulkan kesedihan dunia Muslim. karena kesalehan dan keramahannya pada setiap orang, ia di juluki sultan al-sufi atau "Raja Kaum Sufi".
Salah satu warisan karya sastra sufismenya adalah matsnawi yang terdiri dari enam jilid dan memuat 25 ribu bait ghazal atau syair relijius.

No comments:

Post a Comment